Rabu, 25 Juni 2008

Form Pendaftaran pendukung Kawan

Form Pendaftaran
“Pendukung Kawan”

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
Email :
No HP :

Menyatakan secara sukarela menjadi Pendukung Kawan untuk selanjutnya dicatat menjadi anggota “Pendukung Kawan”.

Adapun Donasi yang saya berikan adalah sebagai berikut (pilih salah satu)
• Rp.60.000/tahun (mendapatkan Kartu Anggota +Mug+Laporan periodik setiap 6 bulan sekali)
• Rp.120.000/tahun (mendapatkan Kartu Anggota +T-Shirt+Laporan periodik setiap 6 bulan sekali)
• Rp.180.000/tahun (mendapatkan Kartu Anggota+T-Shirt+Mug+Laporan periodik setiap 6 bulan sekali)
• Rp.240.000/tahun (mendapatkan Kartu Anggota +Tas Ransel+Mug+Laporan periodik setiap 6 bulan sekali)
• Rp.300.000/tahun (mendapatkan Kartu Anggota+Tas Ransel+T-shirt+Laporan periodik setiap 6 bulan sekali)
• Rp.500.000/tahun (mendapatkan Kartu Anggota+Tas Ransel+T-Shirt +Mug+Laporan periodik setiap 6 bulan sekali)

Adapaun cara pengambilan donasi yang dilakukan: *)
• Dijemput oleh petugas KAWAN ke alamat rumah
• Dijemput oleh petugas KAWAN ke kantor
• Diserahkan langsung ke Sekretariat KAWAN
• Dikirim Via Rekening

Demikian kesediaan ini saya buat sebagai bentuk dukungan terhadasp kerja-kerja KAWAN. Semoga dukungan yang diberikan akan dapat membawa manfaat bagi masyarakat banyak.


………………….2008





(………………………..)
Nama Lengkap dan Tanda Tangan

Rabu, 11 Juni 2008

Kenapa Perlu Fundraising Bagi NGO??

Kenapa Perlu Fundraising Bagi NGO??
Oleh : Afdal
Saat menulis artikel masih sebagai Corporate Relations Dompet Dhuafa Republika
Red: Penerimaan dana publik yang masuk ke DD periode 15 Oktober 2004 - 4 Oktober 2005 sekitar 36,5 Milyar Rupiah

Menurut Michael Norton dalam bukunya “the Worldwide Fundraiser’s handbook” mengatakan bahwa fundraising atau penggalangan dana merupakan komponen yang sangat penting akan keberhasilan suatu organisasi. Apa yang membuatnya penting?

• Keberlangsungan hidup: Semua organisasi memerlukan uang untuk dapat berlanjut dan beraktifitas.
• Perluasan dan pengembangan: untuk menghadapi tantangan ke depan, suatu organisasi perlu untuk memperluas dan membangun jaringan kerjanya dan ini membutuhkan biaya.
• Mengurangi ketergantungan: Kebanyakan organisasi didanai oleh satu atau beberapa donor besar yang membiayai semua kebutuhan dan hal ini menempatkan organisasi dalam posisi ketergantungan.
• Membangun konstituen: Fundraising bukan hanya mengenai uang tetapi juga pendukung (supporter). Setiap pendukung penting bagi Anda. Mereka dapat menjadi suatu indikator akan dukungan yang bisa diperoleh oleh organisasi Anda.
• Menciptakan organisasi yang giat dan berkesinambungan: kondisi ini diperlukan untuk keberadaan organisasi di masa mendatang. Ada banyak cara pula untuk mencapai ini seperti melibatkan orangorang yang mendukung Anda selama ini dalam organisasi, melakukan kegiatan fundraising berkala, menanamkan aset (misal membeli gedung), menciptakan skema pemasukan income bagi organisasi, dan lainnya. Penting untuk menciptakan organisasi yang secara finansial kuat dan positif karena bila finansial menjadi dilema akan mempengaruhi moral dari organisasi.
Berbicara tentang fundraising berarti juga berbicara tentang kepercayaan. Bagaimana cara melakukan dan mengelola fundraising, bisa juga diartikan dengan bagaimana cara mendapatkan dan mengelola kepercayaan. Dilihat dari sisi tersebut, berarti tidak ada cara lain bagi sebuah lembaga/organisasi yang ingin melakukan fundraising selain dengan cara“total football”.

Membayangkan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat tidak bisa disamakan persis seperti melihat suatu perusahaan publik – walaupun perusahaan yang dimaksud juga bergerak di sektor jasa. Dompet Dhuafa (DD) Republika misalnya, walaupun ingin menerapkan prinsip-prinsip kerja modern yang sesuai dengan standar yang baku, tetap saja para Amil (sebutan bagi karyawannya) harus melakukan performance yang berbeda dengan para karyawan sebuah perusahaan. Terutama dari sisi fundraising.

Di DD seluruh Amil adalah fundraiser – mulai dari office boy hingga board of directors.
Kesadaran seperti ini sudah dibangun sejak seseorang mendaftar menjadi Amil DD. Apapun fungsi atau divisinya, seluruh Amil diberikan pengetahuan dan skill yang memadai untuk dapat melakukan fundraising dalam situasi yang bervariasi, walaupun fungsi utama dan target-target fundraising memang dilakukan secara sistematis oleh sebuah divisi tersendiri.

Divisi fundraising DD pun, walaupun bisa dibilang cukup ramping, lebih merupakan tim kreatif ketimbang sekedar pekerja. Mulai dari mengelola Newsletter dan Direct Mail bulanan, inovasi bentuk-bentuk kerjasama dengan perusahaan, hingga event management yang mengharuskan pembaharuan ide hampir setiap saat. Selain itu, dengan sekitar 15 ribu donatur yang terdaftar, maka pelayanan terhadap mereka pun menjadi hal yang krusial. Karena walaupun fundraising bisa jadi bersifat massal, tetapi donatur umumnya mengharapkan pelayanan yang bersifat lebih personal. Intinya: Everybody’s special….

Menangani hal seperti itu, DD pun menerapkan suatu bentuk laporan terpadu antara laporan program dan laporan konsolidasi. Secara umum, DD memberikan laporan keuangan secara keseluruhan kepada donatur tetapnya setiap bulan. Laporan tersebut disatukan dengan berbagai macam tulisan perkembangan program-program serta produk-produk baru dalam sebuah newsletter bulanan. Selain itu, donatur tetap juga mendapatkan laporan konsolidasi atas seluruh donasi yang telah diberikan. Sehingga masing-masing individu dapat mengetahui berapa jumlah total donasi yang telah dikeluarkannya melalui DD. Donatur tetap juga diberikan nomor identitas tersendiri demi kemudahan pelayanan dan Salah satu bentuk layanan donatur yang baru, yang sekaligus juga dapat memberikan pemasukan tersendiri bagi DD, adalah tersedianya paket-paket wisata khusus bagi yang ingin mengunjungi lokasi-lokasi program pemberdayaan dan karitas yang dikembangkan oleh DD.

Kita sebut paket wisata karena memang kemasan yang disediakan juga cocok untuk kegiatan wisata keluarga. Selain dapat bertemu langsung dengan penerima manfaat dari donasi yang mereka berikan melalui DD, mereka pun bisa mengunjungi desa-desa pemberdayaan DD dalam suasana yang masih cukup asri. Belajar bertanam padi, sayur-sayuran dan bahkan ikut menjadi peternak dalam satu hari. Bagi DD, kegiatan ini diharapkan bisa ‘mengikat’ para peserta wisata untuk terus menjadi donatur tetap.

Disamping itu, tiap-tiap peserta yang ambil bagian dalam kegiatan wisata ini pun ditarik biaya yang bisa menjadi sumber pemasukan tersendiri bagi DD. Sebenarnya masih terlalu banyak inovasi-inovasi yang bisa dikembangkan kalau kita berbicara tentang fundraising.

Terutama bentuk-bentuk kerjasama kreatif yang bisa ditawarkan kepada perusahaan-perusahaan. Mulai dari pemotongan langsung per-transaksi, hingga program-program CSR yang terpadu. Yang pasti, apakah terhadap individu ataupun entitas lainnya, kita harus bisa pastikan bahwa yang kita tawarkan adalah bantuan kepada mereka untuk beramal / berbuat baik dengan lebih tepat sasaran serta hasil yang nyata. Dan yang terpenting untuk memperoleh itu semua adalah “Inovasi Sampai Mati!”.

Senin, 09 Juni 2008

Untuk Kawan-Kawan Tani Air Sugihan

MUNGKINKAH AKAN TIBA
PENGHIDUPAN YANG LEBIH BAIK?
Oleh : D’Karlo Purb
Direktur YABIMA (Yayasan Bimbingan Mandiri)

Andai saja anda pernah ngobrol dengan kaum tani di Jalur-jalur di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan maka terasa bahwa situasi ekstrim akan menghadang kehidupan mereka dewasa. Penghidupan yang semakin rapuh karena kenaikan harga BBM.

Dalam sebuah analisa ekonomi partisipatif yang pernah saya lakukan dengan kaum tani di dusun III & IV Desa Nusantara, Kecamatan Air Sugihan, mereka dengan sadar berkesimpulan bahwa setiap musim tanam tiba, ada 780 juta rupiah uang yang mengalir ke luar dusun mereka. Hanya 2 dusun dengan total lahan 512 ha!

Jika lahan restan yang ada di dua dusun itu mereka garap, maka uang yang keluar mencapai 1,3 milyar rupiah. Uang 1,3 milyar yang mengalir ke luar dusun ini adalah untuk membeli racun rumput, benih, pupuk dan pestisida. Kalau ada dana mengalir yang ‘lengket’ maka dipastikan itu untuk para pedagang pupuk, bibit atau herbisida.

Rata-rata petani di Dusun III & IV Desa Nusantara memiliki 3 ha lahan. Sebelum BBM naik, untuk setiap hektar lahan, diperlukan modal minimal 3,3 juta rupiah. Modal ini diperlukan untuk herbisida, olah tanah, benih, ongkos tanam, perawatan dan pemupukan, grentek dan biaya ngarit (panen). Pada saat panen, rata-rata produksi padi 40 karung gabah kering giling per hektar. Dari 40 karung ini mereka memperolah uang sebesar 4 juta rupiah. Ini kalau situasi normal.

Andai semuanya berjalan baik, maka musim panen (Desember-Februari) mereka akan mendapat 2,1 juta untuk 3 ha lahan. Tentu sebagian besar beras ini tidak dijual melainkan sebagai persediaan untuk pangan dan untuk dibarterkan membeli kebutuhan lain. Dengan 2,1 juta inilah modal hidup mereka selama 6 bulan ke depan.

Kalau mau dirata-ratakan maka pendapatan mereka adalah 350 ribu per bulan. Ini jika produksi padi 40 karung per hektar dan jika mereka tidak pinjam di ”bank 46”; pinjam 4 kembali 6 dan dibayar saat panen (yarnen). Sekali lagi keuntungan ini jika kondisi normal dan modal tanam masih ada.

Tetapi pada panen Desember-Februari 2008, produksi padi per hektar hanya mencapai 30 karung per hektar. Bahkan ada yang hanya mendapat 16 karung per hektar. Cuaca berbalik kebiasaannya, mereka menanam padi tetapi curah hujan tidak ada. Begitu tiba saat panen curah hujan berlimpah. Hal ini membuat sawah terendam dan kualitas gabah tidak kering.

Kenyataannya 90% petani adalah peminjam di tengkulak dengan sistem yarnen. Pada saat gagal panen tersebut untuk melunasi hutang-hutang yang digunakan untuk modal usaha, sawah 9 hektar milik 9 keluarga di 2 dusun itu harus tergadai.

Tanah Air Ku
Bagi masyarakat Air Sugihan, tanah dimana mereka berpijak adalah tanah gambut dengan keasaman organik yang tinggi. Di bawah lapisan tanah ada senyawa pirit. Pada tahun 80 an pemerintah membuat kanal-kanal dan parit-parit kecil yang ribuan jumlahnya. Berharap tata kelola air mikro berfungsi.

Tetapi harapan itu tidak terjadi. Air dari lahan merembes ke saluran parit-parit yang menyebabkan lahan menjadi kering. Ini petaka bagi mereka. Karena lahan kering, senyawa pirit dilapisan bawah tanah akan teroksidasi dengan udara. Pirit adalah racun yang akan mematikan seluruh tanaman di atasnya, terutama padi.

Air berlimpah di sekitar mereka. Bahkan musim kemarau sekalipun. Tetapi semakin curah hujan tidak ada maka air disekitar mereka semakin berbahaya. Bagi tanaman dan tentu saja bagi manusia.

Dengan iklim global yang telah berubah ekstrim ini, kendali petani untuk beradaptasi di tanah gambut, aluvial rawa dan senyawa pirit dibawahnya bukanlah pekerjaan mudah. Tetapi tidak ada pilihan, hanya tanah inilah tempat tinggal dan harta mereka. Dan kepada tanah seperti inilah investasi serta kehidupan masa depan mereka gantungkan.

Bangsaku

Pada tanggal 3 Juni 2008 ada 20 kelompok tani yang meminta Bupati OKI meresmikan program Agro-Ternak untuk Pertanian yang berkelanjutan. Ide program ini mungkin sedikit ambisius, yakni mensubstitusi pupuk kimia dengan pupuk kompos. Mereka membangun home industri kompos dan hampir seribu ternak kambing akan menjadi pendukung utama.

Program ini juga merencakan sekolah lapang-sekolah lapang, agar mereka semakin memahami kondisi bertani di atas tanah gambut dan air payau. Filosofinya adalah alam (termasuk ternak) pasti memberikan solusi. Tujuan akhirnya adalah ketahanan pangan dan mengakhiri kemiskinan. Salah satu NGO Internasional, Heifer Internasional berhasil mereka yakinkan untuk mendukung berbagai program yang telah di rancang.

Selagi mereka memulai inisiasi-inisiasi baru untuk membangun penghidupan yang lebih baik, Pemerintah menaikkan harga BBM. Sekarang harga bensin di Desa Nusantara minimal Rp. 9.000.- Solar Rp. 7.500. Minyak gorang curah Rp. 14.000 per liter. Bawang 12 ribu per kilogram.

Transport ke palembang (sebagai kota paling dekat) yang hanya dapat dijangkau dengan ketek sekarang menjadi 140 ribu pulang pergi atau 40% dari pendapatan mereka per bulan. Efek domino yang pasti dari kenaikan BBM adalah mahalnya herbisida, bibit dan pupuk.

Susah payah untuk beradaptasi dengan beratnya kondisi alam bukan satu-satunya. Saat ini mereka juga harus beradaptasi kembali karena hidup sebagai sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang mencari jalan pintas dan mudah, yakni mengotak atik subsidi BBM untuk mengurangi beban defisit APBN dan menimbulkan harga-harga kebutuhan dasar tidak terjangkau.

Pasti Masih Ada Harapan
Pada waktu kenaikan BBM sebelumnya, masyarakat di Desa Nusantara dengan cerdas menggunakan dana kompensasi BBM untuk mengatasi persoalan air bersih. Walau muncul beberapa keretakan sosial karena dana kompensasi, tetapi paling tidak mereka berhasil sebagai sebuah komunitas membuat bak-bak penampungan di setiap rumah untuk menampung air hujan. Memang bak penampungan ini tidak menjamin ketersediaan air bersih sepanjang tahun. Tetapi cukuplah untuk air minum tiap keluarga

Sebentar lagi mereka akan mendapatkan bantuan langsung tunai. Tentu pasti ada keretakan sosial akibat bantuan tunai ini. Karena pasti tidaklah sempurna adaptasi mereka berhadapan dengan bangsa yang menggelar pertunjukkan bahwa uang tunai dapat menahan kerentanan kaum miskin. Atau uang tunai mampu menjadi jaring pengaman sosial.

Saya hendak mencuplik salah satu visi kelompok desa Nusantara, yakni: “Mampu memaksimalkan lahan yang dimiliki dan menjadi petani mandiri; dengan kekuatan sendiri dapat memproduksi pupuk kompos, pestisida dan benih sendiri. Memiliki industri pupuk kompos, memiliki jumlah ternak yang mencukupi untuk mendukung produksi pupuk kompos dan menerapkan teknologi tepat guna dalam pertanian”

Mengakhiri tulisan ini dengan keyakinan, bahwa: Jika puluhan tahun mereka telah mampu beradaptasi dan meneruskan kehidupan dengan segala suka duka di atas tanah gambut dan air yang payau yang memiliki zat karat tinggi. Pasti mereka memiliki modal sosial yang kuat untuk mampu beradaptasi sebagai bangsa dengan kenaikan BBM-nya, hiruk pikuk pilkada dengan segala janji-janjinya. Seraya terus bekerja untuk mengejar visi yang telah mereka buat.

MENGGALANG DANA, MENYAMBUNG USIA

MENGGALANG DANA, MENYAMBUNG USIA
Sumber : www.ibl.or.id

Keberhasilan kerja organisasi antara lain dilihat dari pencapaian hasil program kerja, yang merupakan pelaksanaan dari visi dan misi lembaga. Dana merupakan salah satu unsur penting bagi keberhasilan kerja organisasi. Ketersediaan dana, juga merupakan faktor penting bagi penguatan kapasitas kelembagaan. Hampir bisa dipastikan, semua gerak yang akan dilakukan oleh organisasi membutuhkan dana, sekalipun dengan besaran yang relatif.

Banyak lembaga mengeluhkan, sulitnya mendapatkan akses terhadap sumber pendanaan. Namun setelah akses dimiliki, muncul sebagai masalah baru yang pelik, yakni bagaimana mendapatkan kepercayaan dari si pemberi dana, agar mereka berminat mendanai program kerja. Setelah dana berhasil didapat, organisasi masih dipusingkan lagi dengan permasalahan pengelolaan dan pertanggung jawaban atas dana tersebut.
Semua ihwal yang terkait dengan dana, membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. Organisasi harus cukup informasi ketempat mana dana bisa dicari, kemudian harus punya cukup keahlian dan kreativitas, agar dana tersebut dapat mengucur ke lembaganya. Setelah itu dibutuh pengetahuan, keterampilan dan komitmen agar dana dapat dikelola dengan baik, transparan serta terjaga akuntabilitasnya.

Lembaga perlu meningkatkan kemampuannya melakukan fundraising, dan seiring dengan dilakukannya upaya ini, serangkaian pembenahan di tubuh organisasi menjadi perlu dilakukan. Jika lembaga ingin mendapatkan pendanaan yang berjangka panjang, maka aktivitas Fundraising tidak bisa berhenti pada aktivitas pengumpulan dana belaka. Ia berkaitan dengan seluruh kegiatan lembaga. Menggalang dana, bukan sekedar pekerjaan mengirimkan proposal permohonan dana kepada sumber.

Kerelawanan, Sebuah Panggilan Jiwa

Kerelawanan, Sebuah Panggilan Jiwa
Sumber : http://www.ibl.or.id

Relawan adalah pihak-pihak yang memberikan sumbangan tenaga, pikiran, pengetahuan dan keahliannya kepada pihak lain yang membutuhkan, untuk mencapai sebuah tujuan. Pada dasarnya fitrah individu adalah kebaikan, maka menjadi relawan merupakan salah satu cara untuk menyalurkan kecenderungan individu kepada kebaikan melalui aksi nyata yang memberikan manfaat bagi pihak lain.

Sifat rela, selain dipesankan oleh ajaran agama, juga merupakan bagian dari tradisi dan budaya. Masyarakat memiliki ikatan yang antara lain terwujud dalam kegiatan yang bersifat sukarela, misalnya kebersamaan dalam menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan. Di pelosok tanah air, bahkan, kerelewanan dirayakan dengan meriah. Misalnya dalam kegiatan pembangunan rumah di desa-desa di pulau Jawa, persiapan perayaan adat di pulau Bali, acara perkabungan dan pemakaman di Tana Toraja, dan banyak contoh lainnya.

Dalam kehidupan moderen, kerelawanan juga mendapat tempat khusus. Anak-anak muda dari keluarga mampu, menyisihkan waktu untuk mengajar membaca di perkampungan pinggiran Jakarta ataupun di komunitas marjinal bawah jalan tol. Kalangan profesional, karyawan dan kelas menengah, berjejaring bahu membahu mengumpulkan buku-buku, kemudian mendistribusikannya bagi kelompok-kelompok masyarakat yang membutuhkan. Musibah bencana yang bertubi-tubi menimpa Indonesia, juga menjadi magnet bagi munculnya jiwa-jiwa relawan. Seorang pengusaha, sukarela menerbangkan sendiri pesawat miliknya untuk membantu korban bencana Tsunami di Aceh. Aksi para relawan menggetarkan hati siapa saja yang menyimak pengorbanan mereka. Kerelewanan adalah sebuah potensi yang dapat digerakkan untuk melakukan perbaikan kehidupan dan keadilan sosial di tanah air.